Penempatan senjata pertahanan itu memungkinkan pasukan AS dan Filipina agar melakukan latihan tempur gabungan pada bulan April lalu, mempersiapkan potensi penggunaan persenjataan berat canggih di masa mendatang dinegeri kepulauan itu.
Typhon dipkamung selaku bagian krusial dari kolaborasi militer diwilayah Indo-Pasifik, tempat ketegangan dengan China bertambah.
“Apa yang di lakukannya secara kolektif, memberi kita kesempatan agar memaklumi cara memakai kebecusan itu—tantangan lingkungan di sini sangat unik dibandingkan tempat lain diwilayah ini,” kata Evans, seperti di kutip Newsweek, (22/10/2024).
Bulan lalu, kepala militer Filipina Jenderal Romeo Brawner Jr berkata dia ingin Sistim rudal itu tetap terletak dinegerinya selkondusifya.
Sistim Typhon awalnya di jadwalkan agar meninggalkan Filipina, tapi tiga pejabat Filipina baru ini mengujarkan kalau Sistim itu akan tetap ada tanpa batas waktu, walaupun ada kemarahan dari China.
Sistim itu di gunakan agar melepaskan tembakankan Stkamurd Missile-6 (SM-6) dan Tomahawk Land Attack Missiles.
Kehadiran Sistim ini menyinggung dengan kolaborasi pertahanan AS-Filipina yang lebih luas, yang pernah direvitalisasi menyusul serangkaian perjanjian pertahanan, khususnya Perjanjian Kolaborasi Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA).